ABDI DALEM MUNGKAR
0pni-Koranlibasnews.com Ketua daripada Penegak Aturan yang lama sudah pergi ke antah berantah sana, dimana yang baru belum lagi sempat menikmati tampuk kuasanya sudah dipaksa untuk melanjuti persoalan huru-hara dana desa. Tumbal memang sudah dipersiapkan untuk menjadi kurban, namun jika diteruskan, persoalan ini akan menciderai rasa keadilan yang sudah barang tentu menuai sorotan.
Seorang Abdi Dalem yang dipercaya Sang Raja untuk mengurusi persoalan bimtek dana desa ini, sebelumnya sudah berusaha memutar kepala mencari celah untuk bagaimana bermain supaya bisa mendapat untung dari balik pusaran huru-hara yang bagaikan bola liar terus menggelinding kesana kemari.
Kemampuan mengatasi berbagai persoalan dari Abdi Dalem kepercayaan Sang Raja yang satu ini memang sudah terkenal hingga ke penjuru negeri. Siapa tidak kenal dengan king of joker sang flamboyan, kiprahnya yang sudah malang melintang itu membuat siapapun tak ragu dengan kepiawaiannya.
Dengan kelihaiannya, segera si Abdi Dalem kepercayaan Sang Raja itu mengumpulkan kelima belas Punggawa bersama dua orang Pengratin yang bakal dikurbankan.
Dengan tutur kata yang apik ditambah wibawa yang begitu mempesona, si Abdi Dalem mulai menyarankan agar kelima belas Punggawa dan dua orang Punggawa itu untuk mengumpulkan upeti yang jumlahnya kalau tidak salah mencapai 750 juta keping emas.
Tidak butuh waktu lama upeti yang diminta itu berhasil terkumpul dan segera diserahkan kepada si Abdi Dalem untuk mengatasi persoalan huru-hara bimtek dana desa yang sudah menguras banyak energi dan tenaga.
Setelah menunggu hampir tiga purnama lamanya, belum juga ada tanda-tanda dari si Abdi Dalem, malah perkara huru-hara bimtek dana desa terus bergulir menuju akhir, dimana mau tidak mau, atau suka tidak suka, Pengratin yang ditumbalkan harus rela menjadi kurban.
Karena awalnya sesuai daripada wangsit Sang Raja bahwa kedua Pengratin itu harus ‘pasang badan’ dalam huru-hara bimtek dana desa itu. Para Penegak Aturan yang bekerja sesuai marwahnya sudah mulai mengarahkan busurnya pada dua orang Pengratin yang ditumbalkan.
Dimana para sejawat? Dimana para sahabat? Dimana para karib yang dahulu selalu setia bersama kedua Pengratin itu? Semua hilang, tak ada satupun batang hidung yang sudi bersimpati pada mereka yang akan dikurbankan.
Bahkan kelima belas Punggawa yang sebelumnya mereka bela hingga rela mengorbankan diri tak lagi ada disisi. Dari kabar yang beredar, kini kelima belas Punggawa itu justru berada di dalam naungan Sang Raja, lengkap bersama si Abdi Dalem yang mungkar.
Hanya tersisa segelintir Pendekar yang terus berjuang dengan segala daya agar prahara dalam huru-hara bimtek dana desa itu bisa dituntaskan dengan mengedepankan rasa keadilan dan jangan hanya terkesan memainkan tumbal yang akan tumpas.
Didalam sebuah ruangan yang diterangi pelita temaram, Nampak sosok si Abdi Dalem kepercayaan Sang Raja itu duduk di kursi goyang. Dengan sorot mata yang tajam menerawang, si Abdi Dalem yang berambisi tinggi itu sudah membayangkan bagaimana dirinya akan sukses menduduki jabatan sebagai Patih.
Ambisi yang tinggal selangkah lagi bakal berhasil dia kuasai itu sudah tergambar jelas dalam benaknya. Dengan upeti yang ada dalam genggamannya tidak akan sulit mencapai semua keinginan itu. Senyum dingin tersungging dibibirnya. Sosok si Abdi Dalem perlahan memudar dari bayang temaram pelita yang mulai padam. (Bersambung)
Penulis : Regar libas