Berikan Manfaat Untuk Tanah Kelahirannya Mas Djoe Lounching Buku Greget Kartasura di Watu Kembar Keraton Kartasura

KARTASURA-koranlibasnews.com Kartasura Greget gerakan sosial budaya yang digelorakan oleh pemrakarsanya Dr.(C) Djuyamto,SH.MH., sekitar awal tahun 2020. Pria yang akrab disapa Mas Djoe tersebut ingin mengajak masyarakat Kartasura bernostalgia sekaligus menggali inspirasi melalui sebuah buku berjudul Greget Kartasura .

Untuk mewujudnya karya Greget Kartasura yang mempunyai 360 halaman tersebut Mas Djoe menggandeng empat penulis yakni Newandi, Hindari, Else dan Sukarno .

Launching buku Greget Kartasura yang diprakarsai tokoh masyarakat asal Kartasura Dr.(C) Djuyamto, SH, MH. diselenggarakan untuk umum dihadiri ratusan warga Kartasura dan tamu undangan pada Sabtu, (3/6/2023) di Pelataran Watu Kembar Keraton Kartasura.

Hadir dalam acara tersebut Forkompinca Kartasura, Pemrakarsa Kartasura Greget Djuyamto, SH, MH, Dan Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kolonel Inf Catur Sutoyo, SE, Dalang Kondang Ki Danang Suseno, penyanyi Keroncong Endah Laras, Ketua MUI Kartasura Kiai Muh Nadjib, Budayawan Millenial Sri Narendra Kalaseba dan tamu undangan lainnya.

Ki Danang mengatakan ini adalah upaya untuk meneruskan pesan positif kepada generasi penerus melalui karya buku.

“Jika tidak ditulis maka hanya akan menjadi sebuah omongan, saya mengapresiasi atas kinerja pemrakarsa Kartasura Greget Om Djoe,” jelasnya.

Terkait Keroncong Greget, dia mendukung semua upaya dalam ranah pelestarian budaya.

“Dengan dikemas dalam nuansa modern tentu akan menjadikan keroncong menjadi lebih fresh bagi semua kalangan,” ungkapnya.

Para hadirin dihibur dengan penampilan Keroncong Greget besutan Andi Zate featuring Endah Laras yang membawakan lagu pertama Lir Ilir.

Endah Laras menceritakan masa kecilnya di Kartasura. Lika-liku kehidupan di Kartasura sangat membekas baginya, terlalu sulit dilupakan.

“Tanpa Kartasura saya mungkin tidak bisa seperti sekarang ini,” ujarnya.

Temon Greget dan Kiki Atrika tampil berduet membawakan karya Hakim Agung Dr.H. Panji Widagdo,SH,MH yang berjudul Apa Kata Cinta.

Penampilan duet Temon Greget dan Kiki Atrika.Penggagas Kartasura Greget Djuyamto, SH, MH mengatakan buku Greget Kartasura diawali dari perbincangan singkat tentang Kartasura, bukan sekedar wilayah administrasi kecamatan namun lebih dari itu.

“Bahkan di dalam tayangan video dinyatakan langsung oleh Gusti Moeng dan kita meyakini dan tercatat dalam fakta sejarah kalau tidak ada Kartasura tidak ada Surakarta tidak ada Kartasura tidak ada Yogyakarta bahkan tidak ada Indonesia,” kata penggagas Kartasura Greget Dr.(C) Djuyamto, SH.MH.

Berbicara mengenai Kartasura, Mas Djoe memaparkan melalui pagelaran seni budaya, dia juga membawa misi yang sama yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Kebudayaan jangan hanya dipandang sebelah mata seolah-olah hanya tari lukisan, ketoprak, wayang, dalam undang-undang tersebut kebudayaan merupakan investasi masa depan sebuah bangsa,” tegasnya.

Betapa strategisnya kebudayaan bagi kemajuan sebuah bangsa, disana disebut dengan jelas bahwa kebudayaan adalah investasi untuk kemajuan masa depan bangsa, bahkan di batang tubuh tujuan pemajuan kebudayaan untuk kebudayaan yang kita uri-uri untuk menyumbang pembangunan peradaban dunia,” lanjutnya.

Sebagai warga asli Kartasura, Mas Djoe ingin memberi manfaat bagi tanah kelahirannya tersebut.

“Saya ingin mengajak kita semua karena kebudayaan itu adalah investasi, 5 sampai 20 tahun kedepan, apakah kita bisa memastikan Indonesia dalam keadaan aman damai, belum tentu,” tegasnya.

“Apa yang kita lakukan hari ini kita hari ini adalah menginvestasikan masa depan supaya anak cucu kita bisa merasakan kedamaian, kedamaian bukan serta merta hadir, saat ini kita sedang berinvestasi untuk masa depan,” sambungnya.

Mas Djoe menambahkan melalui seni budaya dia pertama kali mengajak Andi Zate seniman musik yang terkenal dari Kartasura membuat lagu untuk menyemangati orang Kartasura dengan lagu Kartosuro Greget.

“Disana ada ajakan untuk tidak iren – irenan dan disik-disikan,” terangnya.

Mas Djoe menegaskan supaya lebih tersimpan dalam alam bawah sadar maka dia melanjutkan dengan membuat buku Greget Kartasura.

“Ini latar belakang sederhana pada intinya kami di dalam menginisiasi gerakan Kartosuro greget bukan ingin mendapatkan tujuan politik,” pungkasnya.

BACA JUGA  Kepala Pekon Way Pring Bersama Warga Buka Akses Jalan Baru

(LAG76/Red)

 

 

LIBAS GROUP banner 728x120 banner 728x90

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *