Opini Oleh = Suhata Alex
Subang, libasnews.com —Tak salah jika kita mengatakan bahwa di kabupaten subang akan memilih Bupati baru, tak lebih pula jika kita ucapkan selamat dan sukses untuk para calon pemimpin.
Siapa pun pemenangnya, masyarakat subang yang akan menentukan pilihannya, pemimpin yang terpilih wajib merangkul semua pihak karna hanya dengan kekompakan, masyarakat subang akan lebih baik.
Mari rayakan pesta demokrasi dengan kegembiraan dan kemerdekaan.
Itu akan menjadi modal sangat berharga, karna Pilkada kabupaten subang di tuntut menjadi contoh kedewasaan berdemokrasi.
Pilkada bukan semata ajang untuk mencari pemenang dan menyingkirkan yang kalah, melainkan juga arena memilih pemimpin mumpuni untuk memuliakan kabupaten subang tercinta sesuai dengan BENTENG PANCASILA.
Maka dalam Pilkada, yang menang tak harus sombong dan yang kalah tak perlu marah.
Energi kita semua masih dibutuhkan seusai pesta demokrasi untuk mempersatukan kembali persaudaraan anak bangsa yang sempat terkoyak karna perbedaan pilihan dalam Pilkada.
Penggunaan hak pilih dalam pilkada harus dijalankan, karna itu adalah hak warga negara yang sepenuhnya dijamin konstitusi.
Mereka harus menggunakan hak pilih sesuai dengan kehendak bebas tanpa ada paksaan dan iming-iming uang.
Jauh lebih penting lagi dan ini sering dilupakan, Pilkada itu harusnya mempersatukan bukan mencerai-beraikan.
Ia mempersatukan perbedaan antar golongan dalam panggung kontestasi politik yang sehat. Karna itulah Pilkada kabupaten subang juga sebagai sarana mempersatukan masyarakat.
Pilkada disebut memiliki dimensi persatuan karena semuanya orang yang berbeda latar belakang bersatu padu untuk memilih pemimpin daerah.
Elite politik, tokoh masyarakat, tokoh agama maupun rakyat biasa memiliki hak yang sama, yakni mencari pemimpin daerah yang arkulatif.
Harus tegas dikatakan bahwa Pilkada bukanlah peretak melainkan perekat.
Melalui Pilkada mestinya semua elemen masyarakat bersatu demi mendapatkan pemimpin yang bisa mempersatukan rakyat dan bersama-sama mencari solusi agar masyarakat keluar dari persoalan hidup, seperti kemiskinan banyak lapangan pekerjaan.
Dalam perspektif yang merekatkan itulah penyelenggaraan pilkada dikatakan berhasil tidak hanya diukur dari terpilihnya sebagai kepala daerah.
Tolak ukur keberhasilan penyelenggara Pilkada juga dilihat dari semakin kokohnya sendi-sendi persatuan di dalam masyarakat.
Pilkada mesti memperat sendi-sendi demokrasi dan memperat relasi sosial.
Tugas mulia semua anak bangsa mewujudkan Pilkada sebagai pesta demokrasi pada satu sisi dan pada sisi lain menjadikan Pilkada sebagai perekat persatuan Bangsa.
Kaum intelektual, tokoh agama, tokoh politik dan tokoh publik hendaknya turun tangan menjaga situasi kondusif.
Jangan sampai mereka termasuk otoritas Pilkada menjadi bagian dari persoalan itu sendiri.
Tidak kalah penting adalah kebesaran jiwa para pasangan calon yang berkontestasi. Kemenangan dan kekalahan sebagai keniscayaan dalam Pilkada.
Hasrat untuk berkuasa harus dijabarkan secara etis berdasarkan nalar demokrasi.
Jangan sekali-kali menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan.
Pengalaman menunjukkan bahwa kerusuhan yang menyertai Pilkada selalu dipicu ketidaksiapan pasangan calon untuk kalah.
mereka siap menang dan siap kalah hanya ucapan pemanis bibir.
Olehnya itu, telitilah dalam mencari pemimpin primus inter pares, yang terbaik dari yang baik. Pilkada itu merekatkan bukan meretakkan ikatan sosial masyarakat.